INILAH.COM, Jakarta - Nama mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (SMI) belakangan mencuat untuk dinominasikan Calon Presiden 2014. Beragam gerakan pro kontra bermunculan. Namun tak mudah bagi SMI untuk merebut RI-1.
Euforia SMI mulai menggeliat. Namanya dielu-elukan untuk maju dalam Pemilu Presiden 2014 mendatang.
Citra sebagai sosok bersih, antikorupsi, dan memiliki integritas tinggi dilekatkan kepada Direktur Manajer Bank Dunia ini. Namun, realitas politik semestinya dipahami oleh SMI dan para pendukungnya.
Ketua DPP PKS Fahri Hamzah mengingatkan SMI agar tidak mau menjadi bahan olok-olokan publik dengan terobsesi menjadi calon presidem dalam Pemilu 2014 mendatang. "Saya sebagai bekas murid SMI, menyarankan jangan mau jadi bahan olok-olokan karena dorongan orang-orang yang tidak benar. Tidak punya partai tapi ingin berkuasa dan menikmati kekuasaan," ujarnya ditemui di gedung DPR, Jakarta, Jumat (22/7/2011).
Dia menilai kemunculan SMI dalam bursa capres Pilpres 2014 hanya dimanfaatkan para pemilik modal yang ingin memiliki pengaruh. Fahri menengerai, pihak tersebut ingin memanfaatkan reputasi SMI.
"Mereka ini pemilik modal yang ingin memiliki pengaruh, tetapi tidak ingin punya partai. Mereka juga marah dengan SBY karena terlalu banyak akomodasi orang partai di kabinet," cetus Fahri.
Wakil Ketua Komisi III ini menegaskan pihak-pihak yang berada di belakang SMI merupakan pihak yang selama ini mencaci-maki partai politik. Gerakan deparpolisasi, kata Fahri kerap dilancarkan untuk mendelegitimasi partai. "Tapi kalau ada tawaran kekuasaan ikut gabung.
Ada yang pernah jadi Juru Bicara Kepresidenan," sindir Fahri.
Selain persoalan kendaraan politik, Fahri menyebutkan kasus Bank Century yang melilit SMI diprediksikan juga akan menjadi batu sandungan. Dia menyebutkan, jika persoalan Bank Century tidak bisa diselesaikan dengan mekanisme hukum, maka DPR akan mengambilalih melalui jalur politik. "Hak Menyatakan Pendapat (HMP) akan menyasar Wakil Presiden Boediono. Namun dalam persidangan bisa menyasar kemana-mana termasuk SMI," kata Fahri.
Sementara anggota Tim Pemgawas Century dari Partai Golkar Bambang Soesatyo menyebutkan publik pasti mendukung SMI maju dalam Pilpres 2014. Hanya saja, Bambang mengingatkan dukungan tersebut bakal muncul jika SMI membuka ke publik tentang bailout Bank Century. "Buka ke publik, apa yang terjadi sebenarnya dalam kasus Bank Century," sarannya.
Dia menyebutkan, HMP bakal bergulir jika proses hukum tidak berjalan dan akan menyasar Wakil Presiden Boediono. Menurut dia, SMI yang saat kejadian Bailout Bank Century menjabat sebagai Menteri Keuangan sekaligus Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) bakal didakwa di pengadilan biasa. "Dakwaan melakukan perbuatan tercela masuk dalam syarat HMP untuk Boediono. Adapun SMI ke pengadilan biasa," papar Bambang.
Hambatan tak sederhana bakal dihadapi SMI. Selain persoalan kendaraan partai politik, SMI juga tersandera persoalan Bank Century. Seharusnya SMI dan para pendukungnya belajar dari kegagalan Sultan HB X saat Pemilu 2009 lalu.
Dengan jargon "Mana Tahan" yang diusung Sultan Yogyakarta itu, nyatanya, partai politik yang digadang-gadang sebagai kendaraan politiknya yakni Partai Republik Nusantara (RepublikaN) tak lolos Parliamentary Threshold (PT). Padahal, perkara reputasi Sultan tak ada yang meragukan. Jadi maju menjadi Capres tak sekadar reputasi, tapi partai politik. [mdr]
No comments:
Post a Comment